Pasuruan_Lumbung-berita.com
Keluhan wali murid SMPN 3 Bangil terhadap tingginya biaya seragam siswa baru membuat pegiat sosial, Sugito, berdemonstrasi tunggal, Senin (4/7/2022).
Anggota LSM GP3H ini melakukannya seorang diri di depan pintu gerbang SMPN 3 Bangil, di Kelurahan Dermo, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan.
Sugito menjelaskan, aksinya didasari keprihatinan atas praktik menyimpang yang dilakukan oleh pihak SMPN 3 Bangil. Utamanya adalah berjualan seragam sekolah.
“Padahal ada regulasi yang jelas terkait pelarangan jual beli di sekolah. Tapi mirisnya masih banyak yang melakukan jual beli seragam. SMP ini contohnya,” terangnya.
Mantan relawan Covid-19 Kabupaten Pasuruan ini menceritakan awal mula aksinya. Beberapa hari belakangan ia menerima keluhan tingginya biaya seragam sekolah.
“Keluhannya tentang tingginya pembiayaan seragam. Wali murid ini bahkan mau menjual barang berharganya demi membayar seragam,” ungkapnya.
Dari wali murid ini lah, ia mendapat informasi bahwa pembiayaan seragam telah dimusyawarahkan dan disepakati antara wali murid dengan komite sekolah.
“Ada surat perjanjian yang dibuat berdasarkan hasil rapat antara komite dengan Wali Murid siswa baru. Saya menilai ada kesepakatan yang sepihak dan cacat hukum,” ujarnya.
Dalam surat itu tertulis, besarnya pembiayaan seragam untuk siswa baru khusus putra sebesar Rp1,6 juta. Sedangkan untuk siswa putri Rp1,7 juta.
“Saya rasa ini adalah pelanggaran sangat fatal yang dilakukan oleh pihak sekolah. Dalam hal ini komite sekolah sudah menabrak regulasi yang ditentukan,” tegasnya.
Regulasi yang ia maksud adalah Permenbud no. 45 tahun 2014 tentang pengadaan seragam dan Permendikbud no 75 tahun 2016 pasal 12 tentang komite sekolah.
“Komite sekolah baik perseorangan maupun kolektif dilarang menjual buku pelajaran, bahan ajar, seragam sekolah, atau bahan seragam sekolah di lingkungan sekolah,” bebernya.
Sebelum aksi tunggal ini, Sugito mengaku sudah berupaya berkomunikasi dengan pihak SMPN 3 Bangil. Namun, komunikasi itu tidak berjalan lancar. Pesan yang ia kirim tak pernah dibalas.
“Komunikasi saya dengan Ibu Kepsek tidak berjalan baik. Dua nomor yang saya hubungi lewat pesan, tidak ditanggapi. Hanya dibaca saja,” akunya.
Untuk langkah selanjutnya, pria berkacamata tersebut berencana melakukan aksi lagi. Besok, ia tegaskan akan melakukan aksi serupa. Karena besok adalah hari terakhir pembayaran seragam sekolah.
“Insya allah besok akan saya lakukan lagi. Karena hari terakhir pembayaran seragam sekolah. Ini juga edukasi bagi masyarakat. Bahwa pembelian seragam itu tidak wajib dilakukan sekolah. Jadi, masyarakat saya harap tidak takut untuk membeli di luar,” pungkasnya.
Jurnalis: Indra