Indonesia memiliki potensi energi laut yang sangat besar, namun masih belum termanfaatkan secara optimal. Padahal, pemanfaatan energi terbarukan ini sangat krusial dalam mendukung target net zero emission pada tahun 2060, sesuai dengan Perjanjian Paris. Melimpahnya sumber daya laut Indonesia, menawarkan peluang emas untuk menjadi pemimpin global dalam pengembangan energi terbarukan berbasis kelautan.
Potensi Energi Laut Indonesia: Lebih dari Sekadar Pasang Surut
Profesor Dwi Susanto, ahli oseanografi terkemuka dari University of Maryland, AS, menekankan potensi luar biasa energi laut Indonesia. Beliau memaparkan hal ini dalam presentasinya di Center for Technology & Innovation Studies (CTIS) pada 23 Oktober 2024. Lebih dari 7000 sitasi karya ilmiahnya menjadi bukti kredibilitasnya.
Indonesia, sebagai negara kepulauan, memiliki keunggulan dibanding negara lain. Sumber energi lautnya bukan hanya terbatas pada energi pasang surut. Gelombang dan arus laut juga menyimpan potensi energi yang signifikan.
Fenomena Arus Lintas Indonesia (Arlindo), atau Indonesian Through Flow (ITF), menjadi sorotan. Arlindo merupakan arus laut yang mengalir deras dari Samudra Pasifik menuju Samudra Hindia, melewati berbagai selat di Indonesia.
Arus laut berkecepatan tinggi ini memiliki kekuatan besar yang dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik. Survei lokasi yang tepat untuk penempatan turbin menjadi langkah krusial selanjutnya.
Survei Potensi dan Lokasi Strategis
Sejumlah survei awal telah dilakukan oleh instansi di Indonesia, mengidentifikasi 14 lokasi potensial pembangkit listrik tenaga arus laut. Potensi energi yang diperkirakan mencapai 1500 Megawatt.
Data awal ini, menurut Profesor Dwi, perlu diperdalam dengan survei lebih lama dan terfokus di tengah laut, bukan hanya di wilayah pantai. Hal ini akan menghasilkan data yang lebih akurat dan komprehensif.
Beberapa lokasi potensial untuk pembangkit listrik tenaga arus laut meliputi pantai selatan Bali, Selat Bangka, Nusa Tenggara, Kepulauan Talaud, Pulau Seram, dan perairan Biak.
Sementara untuk pembangkit listrik tenaga gelombang laut, lokasi potensial antara lain pantai barat Sumatera, selatan Jawa, utara Papua, dan pantai Maluku Tenggara. Pengembangan lebih lanjut diperlukan untuk memastikan kelayakan masing-masing lokasi.
Langkah Menuju Implementasi: Uji Coba dan Kolaborasi
Untuk merealisasikan potensi ini, Profesor Dwi mengusulkan uji coba di satu lokasi untuk pembangkit listrik tenaga arus laut dan satu lokasi untuk pembangkit listrik tenaga gelombang laut.
Langkah awal dapat dimulai dengan mengimpor komponen teknologi yang telah teruji dari luar negeri, sembari mengintegrasikan komponen dalam negeri yang tersedia. Target operasional diperkirakan dalam waktu maksimal dua tahun.
Sukses uji coba akan menjadi landasan untuk membangun lebih banyak pembangkit listrik tenaga laut, dengan meningkatkan persentase komponen dalam negeri. Kolaborasi dan dukungan pemerintah sangat penting dalam proses ini.
Program Just Energy Transition Partnership (JETP), yang disepakati dalam KTT G-20 di Bali tahun 2022, dapat menjadi sumber pendanaan untuk uji coba ini. Mobilisasi sumber daya dan dukungan penuh dari pemerintah sangat diperlukan untuk memastikan keberhasilan proyek ini.
Pemanfaatan energi laut Indonesia bukanlah sekadar ambisi, melainkan sebuah kebutuhan dan peluang besar bagi Indonesia untuk mencapai target energi terbarukan dan berkontribusi pada upaya global dalam mengurangi emisi karbon. Dengan perencanaan yang matang, kolaborasi yang kuat, dan dukungan pemerintah yang konsisten, Indonesia dapat menjadi pelopor dalam memanfaatkan energi laut sebagai sumber energi masa depan yang berkelanjutan.