Israel berencana membangun bandara internasional baru di Nevatim, sekitar 65 kilometer dari perbatasan Gaza. Proyek ambisius ini memicu kontroversi, terutama dari kalangan militer.
Bandara Nevatim: Proyek Megaproyek di Tengah Konflik
Bandara Nevatim, yang direncanakan beroperasi dalam tujuh tahun mendatang, akan berlokasi dekat pangkalan udara militer di gurun Negev. Lokasinya yang dekat dengan perbatasan Gaza dan pangkalan udara yang menampung jet tempur F-35 menimbulkan kekhawatiran keamanan.
Kapasitas bandara ditargetkan mencapai 15 juta penumpang per tahun. Proyek ini diharapkan mengurangi kepadatan Bandara Ben Gurion di Tel Aviv dan mendorong perekonomian di selatan Israel.
Pemerintah Israel memproyeksikan penciptaan sekitar 50.000 lapangan kerja, khususnya bagi masyarakat Bedouin di wilayah tersebut. Pembangunan bandara ini diharapkan menjadi katalis pertumbuhan ekonomi di kawasan yang relatif kurang berkembang.
Kontroversi dan Tantangan Keamanan
Militer dan lembaga keamanan Israel secara tegas menentang pembangunan bandara ini. Kedekatannya dengan pangkalan udara utama menimbulkan kekhawatiran serius terkait keamanan nasional.
Bandara Ben Gurion, bandara utama Israel, saat ini menampung 40 juta penumpang per tahun dan diperkirakan akan melayani 80 juta penumpang pada tahun 2050. Oleh karena itu, pembangunan bandara baru dianggap perlu untuk memenuhi kebutuhan kapasitas yang terus meningkat.
Bandara Ramon di Eilat, yang dibuka pada 2019, sebagian besar digunakan untuk penerbangan domestik. Meskipun sempat melayani beberapa penerbangan internasional dari maskapai seperti Ryanair sebelum konflik Gaza, operasionalnya kini lebih fokus pada penerbangan domestik.
Meskipun terdapat penentangan, proyek bandara Nevatim terus berjalan. Pertimbangan ekonomi dan kebutuhan akan kapasitas penerbangan yang lebih besar tampaknya mengalahkan kekhawatiran keamanan yang disuarakan oleh pihak militer.
Pembangunan bandara ini akan menjadi ujian besar bagi Israel. Keberhasilan proyek ini akan bergantung pada kemampuan pemerintah untuk menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dengan kepentingan keamanan nasional di tengah konflik yang masih berlangsung. Keberadaan bandara ini di masa mendatang juga akan menjadi indikator bagaimana Israel mengelola konflik dan pembangunan secara bersamaan.





