Pasuruan_Lumbung-berita.com
Usaha untuk terus melestarikan seni dan budaya daerah tampaknya tak ada kata berhenti untuk Grup Karawitan Karno Laras.
Usai sukses membibit pemain gamelan, kali ini Grup yang bermarkas di Desa Jerukpurut, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan ini juga berhasil membibit pesinden cilik.
Seperti yang tersaji dalam sebuah hajatan warga di Desa Jerukpurut, kemarin sore (4/11/2022), panggung hiburan diisi full anak-anak.
Mulai penabuh gambang, gendang, gong, sampai pesinden semua dibawakan oleh bocah yang mayoritas masih duduk di bangku SD.
Penampilan anak-anak ini keruan saja memancing masyarakat untuk datang menonton dan mendekat. Banyak dari penonton yang mengeluarkan ponselnya untuk merekam penampilan mereka.
Namanya juga masih anak-anak, dilihat begitu banyak orang, membuat pesinden ini agak grogi. Beberapa kali diantara pesinden ogah diberi gantian pegang mikrofon. Lucu dan menggemaskan.
“Mereka baru berkumpul dan berlatih sekitar dua bulan. Jadi kalau grogi, ya wajar,” tutur Pembina Grup Karawitan Karno Laras, Bedjo Santoso.
Sama seperti melatih pemain gamelan, untuk pesinden ini, pria berpanggilan akrab Bedjo itu juga harus ekstra sabar, karena anak-anak tersebut berangkat dari enol.
“Memang harus telaten. Awal datang, anak-anak itu belum tahu sama sekali masalah nada. Selain latihan rutin dua kali seminggu, kalau ada waktu saya latih sendiri, privat di rumah,” jelasnya.
Sejauh ini, Karno Laras berhasil mendidik 5 pesinden cilik. Kebanyakan masih duduk di kelas 3 SD.
Untuk menggaet minat mereka bergabung, Bedjo mengaku tak mempromosikan Karno Laras sama sekali. Semuanya datang dan atas kemauan mereka sendiri.
“Setelah kami tampil di dusun dan balai desa, banyak sekali yang minat. Malah orang tuanya yang ngantar ke tempat Karno Laras. Dengan senang hati saya terima,” paparnya.
Bertambahnya jumlah personel berbanding lurus dengan tawaran tampil di berbagai tempat. Namun, tambahnya, ia harus selektif menerima tawaran. Karena ia tak ingin mengganggu jadwal sekolah anak didiknya.
“Banyak yang nawari untuk tampil. Beberapa dari luar daerah, tapi keterbatasan waktu yang membuat kita tak bisa memenuhi undangan. Karena anggota kami semua masih sekolah,” terangnya.
Ditemui usai pertunjukan, salah satu pesinden cilik, Lutfi, menjelaskan ia menyukai tampil dengan membawakan lagu jawa. Meski mengakui grogi, tapi ia tak merasa kesulitan.
“Agak grogi. Awal-awalnya memang sulit, tapi lama-lama dengan belajar jadi enggak sulit lagi,” tutur bocah perempuan berusia 9 tahun tersebut.
Sementara itu, pengundang Karno Laras sekaligus pemilik hajat, Yeni Indrawati, punya alasan tersendiri menghadirkan Karno Laras.
Ia ingin anak-anak dapat melihat kesenian tradisional sambil melupakan sejenak permainan di ponsel mereka.
“Untuk melestarikan budaya yang pertama. Kemudian juga supaya anak-anak senang bisa menonton pertunjukan budaya dan enggak main HP saja,” tutup perempuan berusia 39 tahun tersebut.
Jurnalis: Indra