Jakarta_Lumbung-berita.com
Kemendikbudristek melakukan Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) yang terdiri dari Computer Assisted Test (CAT) dan non CAT. Tes CAT bagi dosen terdiri dari etika dan tri dharma perguruan tinggi, literasi bahasa inggris, penalaran dan pemecahan masalah serta dimensi psikologi sedangkan tes non CAT terdiri dari wawancara dan praktik mengajar (micro teaching). Sedangkan tes SKB bagi tenaga pendidikan pada dasarnya sama, hanya saja pada subtest unjuk kerja berbeda-beda disesuaikan berdasarkan bagian formasi yang dilamar.
Sebelum pelaksanaan SKB, Kemendikbudristek mengeluarkan pengumuman nomor : 83815/A.A3/KP/01.00/2021 yang berisikan ketentuan dalam pelaksanaan SKB, yang hebatnya hanya dikeluarkan mendadak H-5 dan belum lagi dalam pengumuman itu terdapat tambahan skor ambang batas untuk subtest literasi Bahasa inggris dengan skor 4 yang sebelumnya (CPNS 2019) tidak ada sama sekali. Dalam ketentuan tersebut, tidak disebutkan juga durasi waktu pengerjaan subtes sehingga membuat kebingungan para peserta untuk teknis pengerjaan soal SKB Kemendikbudristek.
Ari, salah satu peserta yang berhasil dihubungi oleh awak media melalui pesan WhatsApp merasa dirugikan sejak ada kebijakan baru. Untuk itu Ari bersama rekan-rekannya menemui Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda di Jakarta.
“Kami pada hari Senin tanggal 24/01/2022 sudah melakukan audensi bersama Ketua Komisi X DPR RI di Jakarta dan alhamdulilah kami ditemui langsung oleh Ketua Komisi dari Fraksi PKB Bapak Syaiful Huda.”, kata Arie, Selasa (01/02/2022).
“Dalam audensi itu kami membicarakan tentang terbitnya surat dari Kemendikbudristek. Ketua Komisi X bersedia membantu dan memperjuangkan aspirasi kami, semoga segera ada solusi yang terbaik.”, katanya.
Lanjut Ari, “Selain audensi dengan Komisi X, kami juga menemui pihak Kemenpan, Dirjen DIKTI dan Dirjen Pendidikan Vokasi untuk meminta dukungan dan menindaklanjuti aspirasi kami, terkait permohonan adanya kebijakan pengisian formasi kosong bagi peserta TMS-1 yang berperingkat terbaik pada formasi yang dilamarnya.”, tutur pria yang mempunyai nama lengkap, Ari Saifudin.
Senada dengan Ari Saifudin, Amirah Djohan yang merupakan peserta tunggal pada formasi dosen Universitas Papua (UNIPA) juga merasa kecewa khususnya pada saat memasuki sistem.
“Saat saya mengerjakan CAT SKB terjadi kesalahan sistem komputer dan dibuatkan laporan langsung panitia titik lokasi (tilok) UNIPA, tetapi sama sekali tidak tanggap sampai keluar hasil sanggah dan ujung-ujungnya kami kehabisan waktu.”, katanya.
Amirah sangat berharap pemerintah memberikan perhatian terhadap permasalah CPNS yang terjadi tidak hanya di Papua, melainkan juga di wilayah lainnya. “Kami semua berharap kepada pemerintah khususnya Kemendikbudristek, permasalahan ini agar ada perhatian dan yang paling penting ada solusi terkait hal ini.”, pungkas Amirah.
Penerbit : Redaksi.