Sultan Mahmud Badaruddin IV Raden Muhammad Fauwas Diradja, Sultan Palembang Darussalam, mengeluarkan maklumat resmi terkait konten Willie Salim yang memasak rendang di Palembang. Konten tersebut dianggap telah menyinggung warga Palembang dan merusak citra kota.
Maklumat tersebut berisi lima poin tuntutan kepada Willie Salim. Poin pertama menuntut klarifikasi dan permintaan maaf secara resmi, bukan hanya melalui media sosial.
Poin kedua meminta Willie Salim mengikuti tradisi tepung tawar, sesuai adat Melayu Palembang yang tertuang dalam kitab Undang-Undang Simbur Cahaya. Ini sebagai bentuk permohonan maaf atas kesalahan yang telah dibuat.
Ketiga, Willie Salim harus menghapus semua video terkait masak rendang di BKB Palembang dari semua akun media sosialnya. Konten tersebut dianggap sebagai penghinaan dan bullying terhadap warga Palembang.
Sultan Palembang juga mendukung langkah masyarakat yang akan menempuh jalur hukum terhadap Willie Salim. Ini tertuang pada poin keempat maklumat tersebut.
Poin kelima dan terakhir menyatakan kutukan dan pelarangan seumur hidup bagi Willie Salim untuk memasuki wilayah Palembang. Hal ini sebagai pembelajaran bagi semua pihak.
Reaksi Keras atas Konten Rendang Willie Salim
Konten Willie Salim yang memasak 200 kilogram rendang di kawasan BKB Palembang menuai kontroversi. Tidak hanya dari Kesultanan Palembang Darussalam, tetapi juga dari tokoh agama.
Ustaz Abdul Somad (UAS) turut berkomentar mengenai hal ini. Beliau menekankan pentingnya warga Palembang menjaga harkat dan martabat kota mereka.
UAS menyebut konten tersebut sebagai “rendang konspirasi”. Menurutnya, memasak rendang dalam jumlah besar seperti itu tidak mudah dan membutuhkan waktu serta teknik khusus.
Pernyataan UAS ini menguatkan kecaman terhadap konten Willie Salim. Banyak warga Palembang merasa tersinggung dan dirugikan oleh konten tersebut.
Dampak dan Pelajaran dari Kontroversi Rendang
Kontroversi ini menjadi sorotan publik dan menimbulkan diskusi panjang di media sosial. Hal ini mengingatkan pentingnya sensitivitas budaya dan kearifan lokal dalam pembuatan konten.
Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi para kreator konten. Penting untuk memahami konteks budaya dan menghindari tindakan yang dapat menyinggung kelompok masyarakat tertentu.
Reaksi keras dari Kesultanan Palembang Darussalam dan tokoh agama menunjukkan betapa seriusnya masalah ini. Hal ini juga memperlihatkan betapa pentingnya menjaga citra dan harkat daerah.
Ke depan, diharapkan akan ada peningkatan kesadaran dan tanggung jawab dari para kreator konten dalam menciptakan konten yang berkualitas, respektif, dan tidak merugikan pihak lain. Semoga kejadian ini menjadi pembelajaran bagi semua.